Bulukumba Lumpuh! Ratusan Pedagang Pasar Cekkeng Blokade Jalan, Tolak Relokasi Sepihak Pemda

Petirnews.Bulukumba, – Kota Bulukumba pagi ini lumpuh total. Ratusan pedagang Pasar Cekkeng turun ke jalan dan memblokade akses utama di perempatan Teko sejak pukul 07.00 WITA, sebagai bentuk protes atas kebijakan relokasi paksa yang dinilai sepihak oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Bulukumba.

Aksi jalanan yang berlangsung lebih dari empat jam ini melumpuhkan arus lalu lintas dari empat penjuru. Kemacetan baru bisa diurai sekitar pukul 11.21 WITA setelah aparat menjanjikan penundaan proses penggusuran.

Pedagang Ngamuk: Hidup Kami Dipaksa Mati!

Sumber gejolak ini adalah instruksi Dinas Perdagangan Bulukumba yang memerintahkan pengosongan Pasar Cekkeng untuk dipindahkan ke Pasar Sentral mulai hari ini, Senin (7/7/2025). Namun kebijakan itu justru memantik amarah. Para pedagang menilai langkah Pemda tidak hanya sepihak, tapi juga membunuh mata pencaharian rakyat kecil.

“Jangan paksa kami pindah ke pasar yang sepi dan bayarnya mahal. Kami hidup dari sini!” teriak Husni, salah satu pedagang dalam kerumunan.

Sorak-sorai massa bergema. Sebagian besar membawa spanduk dan gerobak dagangan, sebagian lainnya hanya membawa suara perlawanan.

“Lebih baik kami mati berdarah di sini, daripada mati pelan karena kelaparan,” ujar Kr Tompo, yang disebut-sebut sebagai salah satu pemilik lahan Pasar Cekkeng.

Pasar Sentral Sepi, Pasar Cekkeng Produktif Tapi mau Digusur?

Menurut para pedagang, relokasi ke Pasar Sentral bukan solusi, melainkan jebakan. Pasar baru itu dinilai sepi, mahal, dan tidak menjamin keberlangsungan usaha mereka. Sementara Pasar Cekkeng yang sudah puluhan tahun berdiri, meski kecil dan padat, tetap menjadi denyut ekonomi rakyat.

Lebih tajam lagi, muncul fakta bahwa lahan Pasar Cekkeng diklaim sebagai milik warga, bukan aset Pemda.

“Ini tanah kami! Kami yang bangun, kami yang jualan, dan kami juga yang bayar pajak. Tapi kenapa kami yang disingkirkan?” kata seorang pedagang yang enggan disebut namanya.

Kebijakan Buta Realitas, Pembangunan Tanpa Nurani

Kepala Dinas Perdagangan Bulukumba, Alfian Mallihungan berdalih bahwa Pasar Cekkeng tidak memenuhi standar karena sempit dan tidak memiliki fasilitas parkir.

“Setelah tanggal yang ditentukan, tidak ada lagi aktivitas jual beli di sana,” tegasnya.

Namun pedagang menilai alasan itu terlalu teknis dan mengabaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Mereka menuntut pemerintah lebih manusiawi, lebih berpihak, dan mau duduk bersama rakyat sebelum mengambil keputusan penting.

Sinyal Perlawanan: Rakyat Tak Akan Diam Jika Dikesampingkan

Aksi hari ini bukan hanya soal relokasi. Ini adalah akumulasi kemarahan yang meledak karena suara rakyat tak pernah didengar. Pemerintah diminta berhenti membangun proyek-proyek tanpa bertanya: Siapa yang paling terdampak? Siapa yang dikorbankan?

Penundaan penggusuran bukanlah solusi, tapi hanya menunda konflik yang lebih besar. Bila Pemda tetap menutup mata dan telinga, rakyat mungkin akan kembali turun ke jalan—lebih besar, lebih marah.

Bulukumba Darurat Keadilan Sosial. Jangan abaikan suara kecil, sebab dari sana biasanya lahir gelombang besar.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *