Dari Gowa untuk Indonesia: Satukan Kekuatan, Lawan Penindasan. FSBPI Bangun Gerakan Rakyat yang Bersatu

Petirnews.com.Gowa_Nurfaidi, S.Hum – Ketua Umum FSBPI Gowa
— Ardiansyah Sakka – Sekretaris Jenderal FSBPI Gowa
Kabupaten Gowa bukan hanya dikenal karena sejarah panjangnya dalam perlawanan rakyat Sulawesi Selatan, tetapi juga menjadi salah satu wilayah penting dalam perkembangan industri dan tenaga kerja hari ini. Kawasan-kawasan industri yang tumbuh, perusahaan-perusahaan skala besar yang masuk dan pertumbuhan sektor perdagangan serta jasa seharusnya menjadi peluang untuk membangun kekuatan ekonomi rakyat. Namun faktanya, yang tumbuh bukan kesejahteraan, melainkan penindasan baru terhadap buruh dan rakyat pekerja.

Di tengah segala janji pembangunan, buruh di Kabupaten Gowa justru dihadapkan pada realitas upah murah, kerja kontrak jangka pendek, outsourcing yang eksploitatif, hingga PHK sepihak yang terus terjadi. Banyak pekerja yang telah mengabdi bertahun-tahun diputus kontraknya tanpa pesangon, tanpa perlindungan. Pekerja perempuan, yang menjadi tulang punggung produksi di banyak sektor, terus mengalami ketidakadilan: gaji di bawah UMK, cuti haid yang tidak diakui, hingga pelecehan verbal dan beban kerja berlebihan.

Sementara itu, gerakan mahasiswa, tani, nelayan, dan kaum miskin kota pun berada dalam tekanan yang sama. Petani menghadapi masalah akses tanah, benih, dan harga jual yang tidak berpihak. Mahasiswa dikunci dalam kurikulum yang menjauhkan mereka dari realitas sosial. Masyarakat miskin kota menjadi korban penggusuran, pengabaian hak dasar, dan ketidakjelasan program sosial pemerintah daerah.

Namun di tengah semua itu, gerakan rakyat di Gowa belum mampu bersatu menjadi kekuatan politik alternatif. Yang terjadi justru sebaliknya: fragmentasi, ego sektoral, dan ketiadaan visi bersama. Setiap sektor bergerak sendiri, seolah-olah perjuangannya tidak terhubung dengan yang lain. Serikat buruh bergerak sendiri, mahasiswa demonstrasi sendiri, masyarakat adat memperjuangkan tanahnya sendiri, dan komunitas miskin kota melawan penggusuran sendiri.

Pecah Belah Gerakan Adalah Strategi Penguasa
Kami di FSBPI Gowa menyadari sepenuhnya bahwa situasi ini bukan sekadar kebetulan atau kelemahan internal. Ini adalah bagian dari strategi pecah belah yang dijalankan oleh kekuasaan dan kekuatan modal. Penguasa tidak takut pada rakyat yang marah, tapi takut pada rakyat yang bersatu. Itulah mengapa berbagai upaya dilakukan untuk membatasi ruang gerak gerakan rakyat:

Regulasi anti-serikat, pembatasan aksi massa, dan pembungkaman kritik.
Stigma terhadap aktivisme dan politik, terutama dengan label “komunis”, “radikal”, atau “kiri”.
Kooptasi gerakan melalui proyek, hibah, dan kemitraan teknokratik yang membuat banyak organisasi sibuk mengelola laporan, bukan perlawanan.
Pemisahan isu berdasarkan sektor, sehingga buruh hanya bicara soal upah, mahasiswa soal biaya kuliah, petani soal pupuk, padahal semua persoalan itu berasal dari satu akar masalah: sistem ekonomi-politik yang eksploitatif dan korup.
Pernyataan Bersama: FSBPI Gowa Menyerukan Persatuan Nyata
Sebagai organisasi buruh yang lahir dari akar persoalan riil kelas pekerja di Kabupaten Gowa, Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia (FSBPI) Gowa tidak tinggal diam. Kami bukan sekadar serikat normatif yang hanya bicara soal gaji dan cuti, tapi organisasi perlawanan rakyat yang menyadari bahwa tanpa perubahan sistemik, hak-hak normatif pun akan terus diinjak-injak.

Kami menyampaikan sikap dan seruan resmi:

“Gerakan rakyat di Kabupaten Gowa hari ini sedang dalam keadaan darurat. Buruh ditindas lewat sistem kontrak, outsourcing, dan PHK sepihak. Pekerja perempuan diperas tenaganya tanpa perlindungan. Mahasiswa kehilangan koneksi dengan rakyat. Petani dan masyarakat pinggiran makin terdesak tanpa dukungan yang layak. Sementara itu, gerakan rakyat justru masih terpecah-pecah dan berjalan sendiri-sendiri.”
“Ini bukan semata kelemahan internal, tapi hasil dari strategi penguasa dan kekuatan modal yang dengan sengaja memecah gerakan. Ketakutan terhadap politik, sektarianisme, dan ego organisasi terus dipelihara agar rakyat tidak pernah benar-benar bersatu.”
“Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia (FSBPI) Gowa hadir untuk melawan itu semua. Kami menyerukan kepada seluruh kekuatan rakyat—buruh, mahasiswa, tani, nelayan, miskin kota, perempuan pekerja—untuk bangkit dan bersatu. Persatuan bukan hanya seruan moral, tapi kebutuhan strategis untuk merebut kembali hak dan masa depan kita.”
“Kita harus membangun kekuatan bersama dari akar rumput, dari kampung, dari pabrik, dari ruang-ruang belajar, dan dari jalanan. Gowa bisa menjadi titik awal kebangkitan gerakan rakyat Indonesia, bila kita berani meninggalkan ego sektoral dan bekerja sama secara tulus dan revolusioner.”
“Dari Gowa untuk Indonesia—Mari satukan kekuatan, rapatkan barisan, dan lawan penindasan bersama-sama.”

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *